SELAMA MASA PROYEK, AKU MELEPASMU
Butir-butir debu bertebangan,
menari di udara seperti kenangan yang belum sempat pulang.
Zak-zak semen berdatangan
bersama mereka, datang pula
serpih-serpih dari kita
yang belum sempat benar-benar selesai.
Pekerja masuk satu per satu,
seperti waktu yang memaksa terus berjalan
mereka membawa palu, helm, dan dengung takdir
menghancurkan yang tak sempat terbangun.
Di tengah suara beton dan baja,
aku mencoba tidak jatuh cinta.
Tapi siapa bisa menolak gemetar
yang datang lewat suara langkahmu
dan jejakmu di atas debu?
Selama masa proyek,
aku bekerja, berpura-pura lupa.
Selama masa proyek,
aku menggambar rumah tanpamu.
Selama masa proyek,
kita bertengkar pada hal-hal sepele,
tapi aku tahu
yang rusak bukan hanya temboknya,
melainkan diriku.
Dan ketika batu jatuh dari truk
kau tiba-tiba kembali
dalam bentuk gema
yang tak bisa kupadamkan,
tak bisa kutimbang-timbang
seperti beban di atas punggungku yang letih.
Kisah kita mungkin sebentar,
tiga bulan, enam bulan,
atau hanya sepanjang pagi yang lupa menyapa.
Kau hanya mampir,
lalu pergi
seperti baut yang tertinggal
dan tak lagi dicari.
Kau menghilang
bersama batang besi yang kini tertanam
dalam pondasi
yang tak pernah menyebut namamu lagi.
Komentar